Artikel

Waspadai Nyamuk Berbahaya Pada Saat Musim Hujan

21 Mar 2022

INDONESIA masih menghadapi berbagai permasalahan kesehatan. Salah satunya adalah penyebaran vektor penyakit yang semakin beragam. Menurut Regulasi Kesehatan Internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 dan telah diberlakukan sejak Juni 2007, vektor penyakit adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa organisme patogen atau kuman penyakit dan merupakan faktor risiko bagi kesehatan masyarakat. 

Vektor yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit itu, antara lain, adalah lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil seperti mencit, tikus, dan hewan pengerat lain. Vektor menyebarkan agen dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya atau secara tidak langsung dengan mencemari makanan.

Saat memasuki musim penghujan seperti bulan Maret ini, peningkatan kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sangat rentan terjadi. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, drh. Didik Budijanto, M.Kes., penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk sangat erat hubungannya dengan curah hujan karena curah hujan yang tinggi merupakan lingkungan yang sangat mendukung nyamuk untuk berkembang biak lebih banyak lagi. 

Ada beberapa masalah kesehatan yang disebabkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah atau demam dengue, malaria, filariasis atau kaki gajah, chikungunya, dan encephalitis Jepang. 

Kenaikan Kasus 

Menurut data Kementerian Kesehatan per 14 Februari 2022, ada 13 provinsi yang sudah melaporkan kasus demam dengue. Jika melihat kasus pada Januari 2022, maka terjadi peningkatan kasus dibanding rata-rata kasus pada tahun 2021.

Peningkatan kasus demam dengue terjadi di beberapa provinsi seperti Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.

Untuk penyakit malaria, pada tahun 2021 ada sekitar 269.400 kasus. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus tahun sebelumnya, terjadi kenaikan secara nasional sebesar enam persen atau 15.400 kasus. Kasus malaria banyak ditemui di Indonesia bagian Timur karena nyamuk Anopheles, yang merupakan vektor penyakit malaria, memiliki habitat di air yang dekat dengan tanah. Kondisi seperti ini banyak terdapat di kawasan tersebut.

Selain demam dengue dan malaria, di Indonesia juga masih ditemukan penyakit filariasis. Ada 236 kabupaten/kota di 28 provinsi yang merupakan daerah endemik filariasis atau kaki gajah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 94 tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis, wilayah endemik filariasis meliputi kabupaten/kota yang ditentukan berdasarkan hasil survei data dasar prevalensi mikrofilaria, yang menunjukkan tingkat mikrofilaria lebih dari dan/atau sama dengan satu persen.

Semua penduduk di wilayah endemik wajib mengikuti program Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) filariasis. POPM filariasis dilaksanakan sekali setiap tahun dan paling sedikit selama lima tahun berturut-turut.

Pelaksanaan POPM filariasis dihentikan apabila hasil survei evaluasi menunjukkan tidak terjadi penularan filariasis. Setelah penghentian POPM filariasis selama dua tahun, wilayah tersebut dilakukan survei ulang untuk mengevaluasi penularan filariasis lagi.

Apabila hasil survei kedua menunjukkan tidak terjadi penularan, POPM filariasis tetap dihentikan dan akan dilakukan survei kembali dua tahun kemudian. Kabupaten/kota yang menunjukkan tidak terjadi penularan dalam survei kedua dapat dinyatakan sebagai wilayah eliminasi filariasis. 

Menteri Kesehatan kemudian akan memberikan sertifikat eliminasi filariasis. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, hingga tahun 2021, ada 32 kabupaten/kota yang mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis. 

UniMedika Selalu Ada Untuk Anda apabila membutuhkan pemeriksaan kesehatan silahkan datang ke rumah sakit cabang terdekat kami atau membuat janji di www.unimedika.com

Artikel Lainnya

Cari Dokter & Buat Janji


Kontak Kami